Bukittinggi--Dalam rangka kunjungan kerja sebagai Ketua Tim Penelitian Pemerintah Daerah (TP2 D), Wakil Walikota Pekanbaru Ayat Cahyadi, ditugaskan oleh Walikota Pekanbaru, untuk memperjuangkan tokoh pahlawan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muadzam Syah sebagai pahlawan nasional.
Saat disampaikan Wakil Walikota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, bahwa hubungan Bukittinggi dengan Pekanbaru walaupun secara penduduk lebih luas Pekanbaru, namun secara sejarah, kami memang harus banyak belajar ke Bukitttinggi.
Ia menceritakan, sebelum kemerdekaan, Bukittinggi menjadi tumpuan semua orang, termasuk warga kami di Riau khusus Pekanbaru,
"Ini tumpuannya ke Bukittinggi, ketika saya mahasiswa saat itu saya sibuk menjadi mentor dari Alquran terjemah ke pekan(pasar), " ujar Wawako Ayat.
Disampaikannya, saat kunker di ruang kerja Wawako Marfendi, di Jalan Gulai Bancah Bukittinggi, pada Selasa siang(4 /01/22, ), mengapa ia bertandang ke Bukittinggi saat ini, karena sejarah kota Bukittinggi yang luar biasa apalagi di sini ada Bung Hatta proklamator kita, maka kami tertarik untuk mengadakan kunker ke Bukittinggi.
Ia menambahkan, bahwa banyak pahlawan-pahlawan dari kota Bukittinggi dan kami akan mengajukan mengajukan sebagai pahlawan nasional.
Kemudian, mungkin ada referensi hubungan antara Riau dengan Sumbar yakni Raja Kecik, pendiri kerajaan Siak, Sri Indrapura dimana beliau dibesarkan istana Pagaruyung Batusangkar Sumatera-Barat.
Menurut Wawako PKU, ini di awali saat Sultan Siak 4 Sultan Alamuddin memindahkan pusat kerajaan Siak Sri Indrapura ke Senapelan Pasar Bawah Pekanbaru.
Selanjutnya Sultan keempat, ia membuat pekan (pasar ), cuma tak ramai kemudian dilanjutkan oleh putra beliau Sultan Siak kelima Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil muazzam , ia memindahkan pekan(pasar) ini ketempat yang baru.
"Inilah cikal bakal Pekanbaru, makanya Pekanbaru ini sesuai Perda kami Perda Kota Pekanbaru itu diperingati setiap tanggal 23 Juni, " ujar Wawako Ayat.
Ayat memaparkan, Inilah tugas TP2 GD yakni bagaimana memperjuangkan tokoh pahlawan Sultan Muhammad Abdul Jalil Mu"azam sebagai pahlawan nasional.
"Mudah-mudahan, bincang-bincang tadi bersama Wakil Walikota Bukittinggi Buya Marfendi, banyak memberikan referensi salah satunya besok pagi akan ditindak lanjuti, " harapnya.
Dikatakan Wawako Ayat, ada seorang sejarawan di Payakumbuh yang ternyata punya banyak referensi,
"Mudah-mudahan dari referensi besok, ada tambahan untuk memperjuangkan Sultan Muhammad Jalil Muazzam, " ucapnya.
Dijelaskan Wawako PKU, Berdasarkan beberapa pengalaman di Sumatera Barat pak sekda Martius Wanto, berhasil memperjuangkan Rohana Kudus sebagai pahlawan nasional di 2019 di kabupaten Agam.
Dikatakannya, pada kunker ini pertama harus lengkap data, baik dari keluarga maupun dari TP2GD kemudian diusulkan oleh walikota , gubernur melalui dinas sosial provinsi kemudian dari Gubernur akan mengajukan ke Kementerian Sosial.
Beberapa tokoh pahlawan Nasional dari Pekanbaru diantaranya, Harimau Paderi dari Rokan, yaitu Tuangku Tambusai dari Hulu, lalu Sultan Syarif Hasyim dan namanya diabadikan dengan nama Bandara dan itupun sudah jadi pahlawan Nasional.
Kami sedang memperjuangkan untuk gelar pahlawan Nasional, diantaranya dari Riau, seperti, kabupaten Kampar, di kabupaten tersebut sudah dikategorikan sebagai pahlawan nasional yakni Mahmud Marzuki, kwmudian Kabupaten Siak, dan terkakhir, Kota Pekanbaru, " kata Ayat.
Sementara itu, Marfendi mengucapkan terimakasih atas kunjungan wakil wali kota Pekanbaru, yang telah memilih Bukittinggi sebagai tempat belajar bagaimana caranya menjadikan tokoh di daerahnya bisa sebagai pahlawan nasional.
Marfendi juga berharap kedepan, akan menjadi awal cikal bakal sebuah hubungan yang baik antara Bukittinggi dengan Riau.
Disampaikan Wawako Marfendi, orang Soleh di Sumatera Barat dipanggil orang Siak, orang Siak itu memang rujukannya di Siak itu meskipun sekarang sudah jadi kata sifat, contoh, " Lah Siak Bana yo " yang artinya, (sudah Soleh benar ya),
"Mungkin ini awal kita mencoba menggali apakah ada hubungan antara Sumatera Barat dengan Siak, khususnya dengan Riau apakah orang Siak yang datang ke Sumatera-Barat, atau kita yang datang kesana(Siak) untuk belajar, atau kita yang memberikan pelajaran kesana. Wallahu alam, " jelas Marfendi.(LINDA).